Jakarta, FaktaPos.com - Anggota DPR, Bambang Soesatyo mengatakan, parlemen meminta Presiden segera meminimalisasi konflik berdarah yang melibatkan aparat kontra warga.
"Kami minta Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono tidak boleh 'minimalis' dalam menyikapi konflik berdarah yang
terjadi di sejumlah daerah akhir-akhir ini," katanya, Jakarta, Senin
(26/12).
Ia mengatakan hal itu, terkait dengan konflik-konflik berdarah terkini yang banyak membuat warga sipil jadi korban tewas.
Konflik berdarah itu yakni, antara lain
di Abepura, Papua (pembubaran upacara bendera Bintang Kejora), Timika,
Papua (pembubaran unjuk rasa buruh Freeport), tragedi Mesuji, Sumatra
(pembubaran petani sawit) serta Bima berdarah (pembubaran rakyat dari Pelabuhan Sape).
"Harus ada upaya dan inisiatif dari
presiden meminimalisasi konflik berdarah antarwarga, apalagi warga
versus aparat keamanan," tandasnya.
Dikatakannya, berbagai kalangan
prihatin, karena intensitas tindak kekerasan berdarah yang muncul dalam
konflik antarwarga, maupun warga kontra aparat, cenderung meningkat.
"Sesudah beberapa kekerasan berdarah di Papua, masyarakat dikejutkan oleh pembantaian di Mesuji," ujarnya.
Lalu, lanjutnya, ketika tim pencari
fakta (TPF) masih mendalami Kasus Mesuji, konflik berdarah yang
melibatkan warga versus aparat, terjadi lagi di Pelabuhan Sape, Bima,
Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (24/12) lalu.
"Konflik di Bima menyebabkan pula
beberapa korban dari warga sipil tewas. Ironisnya, puluhan lainnya
ditetapkan sebagai tersangka pelaku (kerusuhan)," ungkapnya.
Ia menambahkan, inti keprihatinannya,
ialah, selalu saja ada korban tewas, baik karena tindak kekerasan
antarwarga, maupun karena bentrok warga kontra aparat, sebagaimana di
Bima maupun Mesuji.
"Kalau sudah ada korban jiwa yang tewas, persoalan siapa salah, siapa benar, bukan lagi yang utama," katanya.
Bambang berpendapat, jika sudah begini,
persoalan utamanya ialah, mengapa nyawa manusia harus dikorbankan,
sementara setiap permasalahan bisa diselesaikan melalui dialog,
musyawarah atau proses hukum.
"Kalau kecenderungan ini tidak segera dikendalikan, saya khawatir akan menjadi
preseden. Dalam arti, kelompok-kelompok masyarakat menghalalkan tindak
kekerasan, termasuk membunuh, untuk menyelesaikan setiap persoalan yang
mengemuka di ruang publik," tegasnya.
Kecenderungan ini, menurutnya, sangat berbahaya. "Karena itu, Presiden Yudhoyono harus menunjukkan kepeduliannya," tuturnya.
Dikatakan Bambang, rentang waktu antara kekerasan di Papua, Mesuji dan Bima terbilang terlalu pendek.
"Tidak bijaksana jika presiden
minimalis. Rangkaian peristiwa kekerasan berdarah itu barangkali akan
menggejala di mana-mana. Sebagai kepala pemerintahan, presiden harus
merespons gejala negatif itu," tandasnya.
Menyikapi rangkaian presiden berdarah itu, lanjutnya, presiden tidak boleh lepas tangan karena alasan otonomi daerah.
"Sebaliknya, presiden justru harus pro
aktif berkomunikasi dengan kepala-kepala daerah yang menjadi lokasi
peristiwa berdarah itu," kata Bambang Soesatyo. (atr)
Tidak ada komentar:
Semua umpan balik saya hargai dan saya akan membalas pertanyaan yang menyangkut artikel di Blog ini sesegera mungkin.
1. Komentar SPAM akan dihapus segera setelah saya review
2. Pastikan untuk klik "Berlangganan Lewat Email" untuk membangun kreatifitas blog ini
3. Jika Anda memiliki masalah cek dulu komentar, mungkin Anda akan menemukan solusi di sana.
4. Jangan Tambah Link ke tubuh komentar Anda karena saya memakai system link exchange
5. Dilarang menyebarluaskan artikel tanpa persetujuan dari saya.
Bila anda senang dengan artikel ini silahkan Join To Blog atau berlangganan geratis Artikel dari blog ini. Pergunakan vasilitas diatas untuk mempermudah anda. Bila ada masalah dalam penulisan artikel ini silahkan kontak saya melalui komentar atau share sesuai dengan artikel diatas.
Posting Komentar