Tampilkan postingan dengan label aceh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label aceh. Tampilkan semua postingan

Kamis, 05 Juli 2012

Para Prajurit Janda


 Sumber: Anthony Reid, Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680, Jilid I. Ilustrasi: Micha Rainer Pali



OLEH: HENDARU TRI HANGGORO
KESULTANAN Aceh belum lama berdiri ketika Portugis menaklukkan Malaka pada 1511. Kesultanan ini secara bertahap menjadi kuat di semenanjung Sumatra pada paruh pertama abad ke-16. Kala itu, lada Sumatra laku keras di pasaran Tiongkok dan Eropa. Hubungan dengan pedagang dari pesisir laut merah pun segera terjalin. Ini membawa keuntungan bagi Kesultanan Aceh.
Portugis melihat itu sebagai ancaman, sementara sultan-sultan Aceh menilai Portugis sebagai lawan. Perang pun tak terelakkan. Aceh menyerang Malaka pada 1537, 1547, 1567, 1574, dan 1629. Dalam peperangan itu, Aceh menyertakan armada perempuan. Orang Portugis agak canggung dibuatnya. Tapi, tak ada pilihan: mereka harus berperang melawan para perempuan. Inilah tilas mula keperkasaan perempuan Aceh.
Kesertaan perempuan Aceh ditemukan dalam perang tahun 1567 walau belum berhimpun dalam kesatuan khusus. Jennifer Dudley, mahasiswi doktoral Universitas Murdoch, menyebut perempuan-perempuan itu bergabung ke dalam pasukan Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahar. “Mereka menemani suaminya berperang, sementara sisanya adalah janda atau tunangan dari prajurit yang gugur dalam perang sebelumnya,” tulis Dudley dalam “Of Warrior Women, Emancipiest Princesses, ‘Hidden Queens’, and Managerial Mothers.”

Senin, 09 Januari 2012

Tambokoto - Penembakan di Aceh Digerakkan Kekuatan Besar


Oleh: Soemitro
Nasional - Minggu, 8 Januari 2012 |

INILAH.COM, Jakarta - Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) dan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) menyayangkan ucapan Kapolri Jenderal Timur Pradopo yang menyatakan bahwa modus penembakan di Nanggroe Aceh Darussalam merupakan tindakan kriminal murni.

"Pernyataan Kapolri harus dikoreksi, bahwa penembakan di Aceh adalah kriminal murni. Karena dilihat dari rentetan dan modusnya, penembakan dilakukan oleh kekuatan ekstra ordinary," ujar Koordinator KontraS, Haris Azhar, didampingi Bidang Litbang YLBHI, Agung Wijaya, dalam jumpa pers di Kantor KontraS, Jakarta Pusat, Minggu (8/1/2012) sore.

Dia mengatakan, dalam peristiwa penembakan di Aceh pelaku menggunakan modus baru dalam melakukan aksinya. Namun sebelum melakukan aksi, mereka sudah melakukan koordinasi mengenai calon korban yang dijadikan target. Dengan kata lain, kata Haris, ada distribusi informasi yang baik dalam beberapa kejadian penembakan di Aceh.

Sedangkan modus baru yang dilakukan. Pelaku memilih waktu dan tempat yang berbeda-beda. Salah satunya dengan memilih tempat yang sepi, bukan tempat keramaian sebagaimana modus penembakan yang terjadi sebelumnya di Poso, Maluku dan Ambon yang menggunakan cara-cara lama.

Salah satu dari lima kejadian penembakan yang dilakukan, imbuh Agung Wijaya, dilakukan saat calon korban sedang berkumpul dan beristirahat, yakni menjelang malam. Setelah mendapatkan informasi dengan baik mengenai identitas calon korban, pelaku kemudian melakukan penembakan dengan menggunakan laras panjang. "Kami yakin bahwa ini ditopang oleh kekuatan besar. Pernyataan Kapolri harus dikoreksi," ujarnya.

Sebelumnya, Kapolri Jenderal Timur Pradopo di Istana Negara, Selasa (3/1/2012), mengungkapkan bahwa kasus penembakan di Aceh merupakan tindakan kriminal murni. Meski diakui bahwa serangkaian peristiwa penembakan saat ini tengah diselidiki pihaknya. [mvi]
Sumber: http://eltelu.blogspot.com/2013/02/cara-menambahkan-widget-baru-di-sebelah.html#ixzz2O8AYOBCu