Senin, 06 Februari 2012

TAMBOKOTO - BUNG HATTA - SOSOK PEJUANG DEMOKRASI


penulis: Harlan Eryandi


DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE-64, Dirgahayu Indonesia Negeriku, Bangsaku dan Tanah Airku. Namun untuk meneriakkan MERDEKA saya masih malu dan miris, karena sampai dengan saat ini perekonomian negeri ini masih dikuasai Neolib dan Neo Capitalism, politik kita masih direcoki negara adi kuasa, bangsa ini belum merdeka dari ancaman teroris, dan lain lain. Enam puluh empat (64) tahun yang lalu terjadinya peristiwa bersejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tentu tidak akan terlepas dari nama Bung Hatta, beliau seorang negarawan dan demokrat sejati yang pernah ada dan mengukir perjalanan sejarah bangsa ini.
Rumusan teks proklamasi saja adalah ciptaan Bung Hatta dan A. Subardjo yang kemudian ditulis oleh Bung Karno dan ditanda-tangani oleh dwi-tunggal proklamator Sukarno-Hatta yang bunyinya = Proklamasi : “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lai-lain, diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”. Jakarta, hari 17 bulan 8 tahun ’45. Atas nama bangsa Indonesia. Sukarno-Hatta. Setelah pembacaan teks proklamasi selesai, lalu dikibarkanlah sang saka Merah Putih dan diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya, yang belum lama ini sempat dilupakan dalam acara pidato kenegaraan Presiden SBY di hadapan anggota Legislatif.
SEAKAN TERLUPAKAN DALAM SEJARAH
Kenyataan menunjukkan betapa tokoh proklamator yang satu ini, yang terus berjuang sepanjang hidupnya untuk rakyat seakan terlupakan dalam sejarah. Bung Hatta, yang dilahirkan di Bukittinggi, 12 Agustus tahun 1902, memang bukan tokoh yang hidup dalam glamour kekuasaan dan menikmati hingar-bingarnya politik. Bung Hatta lebih banyak berperan sebagai konseptor, administrator dan pemikir yang konsep-konsepnya jauh melampaui zamannya. Inilah yang membedakan beliau dengan sosok Bung Karno yang merupakan solidarity maker dan orator ulung yang mampu “menghipnotis dan menyihir” serta menggerakkan emosi rakyat yang mendengar pidatonya.
Perbedaan sosok Bung Hatta dari para ulama dan tokoh-tokoh pergerakan bangsa Indonesia lainnya yang berasal dari Ranah Minang seperti; Muhammad Natzir, Sutan Syahrir, H. Agus Salim dan Buya Hamka. Tokoh-tokoh ini secara luas dikenal sebagai pembicara ulung. Sedangkan Bung Hatta bukanlah seorang orator. Kehebatan dan kekuatan Bung Hatta terletak pada artikulasi gagasan-gagasannya dalam bahasa tulisan. Beliau lebih memperhatikan kemampuannya dalam menulis untuk menyampaikan berbagai pemikirannya, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya maupun keagamaan. Pemikiran, ide-ide dan kegelisahannya terhadap bangsa yang dicintainya ini selalu segar dan tetap aktual sampai dengan saat ini.
Sosok keteladanannya sebagai bapak bangsa sangatlah diperlukan, terlebih di saat bangsa sekarang ini sedang jatuh terpuruk di dalam krisis multidimensi dan krisis kepemimpinan. Secara detail disini tentu tidak mungkin untuk mengupas berbagai butir-butir keteladanan Bung Hatta. Namun, yang paling penting dicatat adalah perjuangannya yang gigih menegakkan demokrasi dan nilai-nilai moral, etika serta kejujuran dalam politik berbangsa dan bernegara. Pujian Iwan Fals dalam lagunya, Bung Hatta adalah sosok pemimpin jujur, lugu dan bijaksana, mengerti apa yang terlintas dalam jiwa rakyat Indonesia, walau besar bakti dan jasanya, namun tetap berjiwa sederhana dan bersahaja.
NEGARAWAN DAN DEMOKRAT SEJATI
Sesudah kemerdekaan dicapai dan dinikmati bangsa ini, Bung Hatta membuka peluang bagi pembelajaran demokrasi rakyat di Indonesia. Bung Hatta sebagai wakil presiden memberikan kesempatan untuk berdirinya partai-partai politik yang akan mengikuti Pemilu pada 1955. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi rakyat Indonesia untuk menyalurkan aspirasi politiknya tanpa merasa takut. Akhirnya tidak kurang dari 39 partai mengikuti pemilihan umum yang dipandang sebagai Pemilu yang paling demokratis sepanjang sejarah Indonesia modern. Namun usai Pemilu 1955, tepatnya pada 1 Desember 1956, beliau meletakkan jabatan sebagai wakil presiden. Beliau melihat bahwa sejak penerapan sistem Demokrasi Liberal, jabatan wakil presiden hanya pemborosan uang negara, karena kedudukannya yang tidak lebih dari simbol belaka.
Pada saat yang bersamaan pula, Bung Hatta melihat bahwa partai-partai hanya berebut pengaruh untuk berkuasa. Partai-partai baku hantam saling menyerang dan bertengkar secara tidak sehat. Para wakil yang duduk di pemerintahan pun lebih condong bersikap sebagai politisi dan oportunis, bukan negarawan. Tak berbeda jauhlah dengan kondisi yang terjadi saat ini, bahkan sekarang lebih parah dari masa itu. Di lain pihak, Bung Hatta juga melihat bahwa Bung Karno sudah mulai berbeda dengan prinsip beliau dan dianggapnya mulai keluar dari rel cita-cita Proklamasi 1945. Dengan pengunduran dirinya sebagai wakil presiden, Bung Hatta benar-benar memberi kesempatan kepada pemerintah untuk melakukan pembangunan bangsa ini.
Sekalipun diluar pemerintahan, Bung Hatta justru tetap selalu menjadi kekuatan moral demokrasi dan mengontrol jalannya roda pemerintahan. Bung Hatta, sebagai sahabat sejati Bung Karno, walaupun dalam beberapa hal sangat tidak sejalan, senantiasa mengingatkan Bung Karno, terutama terhadap perkembangan PKI yang begitu pesat sejak awal tahun lima puluhan. Bung Hatta cukup khawatir akan kebijakan Bung Karno yang terlalu memberi angin kepada PKI. Ketika Bung Karno menerapkan Demokrasi Terpimpin sejak 1959, Bung Hatta-lah orang yang paling gigih melakukan kritik. Ia menulis “Demokrasi kita” dalam majalah Panji Masyarakat yang dipimpin Buya Hamka. Menurutnya, Demokrasi Terpimpin adalah bentuk lain dari kediktatoran, yang kemudian tulisan (bukunya) tersebut peredarannya dilarang Bung Karno.
Bung Karno pun selalu diingatkan Bung Hatta untuk segera melaksanakan pembangunan, karena revolusi sudah selesai dengan tercapainya kemerdekaan Indonesia 1945. Yang harus dilakukan sekarang adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat. Revolusi, jika tidak dibendung, hanya menghancurkan landasan dan bangunan, melepaskan engsel-engsel dan dinding-dindingnya. Pada saatnya akan mengakibatkan kekacauan belaka. Namun Bung Karno, dalam pidato-nya (Jalan Revolusi Kita), merespon Bung Hatta, menegaskan bahwa revolusi sebenarnya belum selesai. Kendati demikian, Bung Hatta senantiasa menempuh cara-cara legal dan konstitusional dalam rangka penegakan demokrasi. Beliau senantiasa tak berhenti menyampaikan kritik dan sarannya kepada Bung Karno.
Luar biasa memang, walaupun di antara kedua Proklamator ini terdapat perbedaan prinsip dalam pendirian mereka, namun hubungan persahabatan keduanya tetap hangat dan baik. Singkat cerita sekian tahun setelah Bung Hatta meletakkan jabatan sebagai wakil presiden, Bung Karno masih sempat mengunjungi Bung Hatta di rumahnya. Terlihat dan terlibat keakraban kedua peletak dasar Indonesia modern ini. Dalam suasana akrab tersebut, ketika akan makan malam, Bung Hatta juga sempat “menyerang” keras kebijakan politik Bung Karno. Namun Bung Karno tidak tersinggung oleh kritikan dan saran Bung Hatta. Kritik dan nasehat Bung Hatta disampaikannya kepada Bung Karno sebagai seorang sahabat. Bung Hatta tak kunjung berhenti mengirim surat berupa nasehat kepada Bung Karno untuk kembali ke cita-cita Proklamasi Indonesia semula. Dalam menyampaikan nasehat dan kritik tersebut, beliau senantiasa menjaga hubungan baik di antara mereka dan tidak pernah melecehkan dan mengecilkan arti pribadi Bung Karno. Begitupun Bung Karno sekalipun mendapat kritik tajam, Bung Karno tetap menghargai Bung Hatta sebagai sahabat.
Begitulah kisah perjuangan Bung Hatta dalam meluruskan dan menegakkan demokrasi. Berbeda persepsi dalam penegakan demokrasi tidak harus diartikan sebagai permusuhan, apalagi tidak mau bertemu atau bersalaman. Sebagai seorang demokrat sejati, Bung Hatta berjiwa besar melihat perbedaan pendapat dan tidak hendak memaksakan keinginannya sendiri. Ketika melihat kenyataan politik yang tak sesuai dengan harapannya, Bung Hatta bukannya mendirikan partai politik tandingan untuk menggembosi pemerintahan, sebagaimana dilakukan oleh para politisi kita saat ini. Bung Hatta, melalui tulisan-tulisannya, memberikan pencerahan kepada rakyat Indonesia untuk meraih kebebasan yang merupakan salah satu pilar penting bagi tegaknya demokrasi, untuk tetap kritis terhadap ketidak-berdayaan dan berjuang membela rakyat dalam menegakkan demokrasi.
Beliau juga mengajarkan kepada kita semua bahwa meletakkan jabatan, ketika melihat realitas politik tidak sesuai dengan prinsip yang dipegangnya, adalah suatu tindakan ksatria. Beliau senantiasa menjalankan perannya sebagai pejuang dan pendekar demokrasi, meskipun tidak di jalur pemerintahan. Bung Hatta sadar bahwa demokrasi tidak dapat tegak dan berjalan tanpa perjuangan terus-menerus dan proses pencerdasan bagi rakyatnya. Hanya di tengah rakyat yang cerdas dan mengerti akan hak-hak mereka demokrasi dapat benar-benar diwujudkan. Merupakan pelajaran berharga yang harus kita teladani dari Bung Hatta. Beliau, sebagai seorang demokrat sejati, tidak pernah memaksakan kehendak, meskipun itu diyakininya benar. Disamping itu, sebagai pendekar demokrasi, Bung Hatta tidak pernah memanfaatkan rakyat untuk kepentingan-kepentingan sesaat.
Mengatasnamakan rakyat dalam perilaku politik, padahal tidak sejalan dengan kepentingan rakyat, baginya adalah suatu pembodohan terhadap rakyat itu sendiri. Bung Hatta tidak menginginkan rakyat selalu dijadikan objek oleh elite-elite politik dalam mencapai tujuan-tujuan mereka, lantas setelah itu rakyat dilupakan sama sekali. Bahkan, celakanya lagi, kalau rakyat malah diperberat dan dipersulit para elite tersebut dalam mencapai kekuasaannya. Itulah keteladanan Bung Hatta yang benar-benar penting di aktualisasikan para petinggi dan elit politik negeri ini dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bung Hatta telah menunjukkan dan memperhatikan sosoknya sebagai negarawan dan penegak demokrasi sejati. Wahai para elit politik negeri ini, apakah sosok Bung Hatta ini terlalu ideal bagimu?. Apakah dari dua ratus sekian juta penduduk negeri ini, apakah dari sekian puluh ribu para elit politik negeri ini masih belum sadar ?, sehigga kita hampir tidak pernah mendapatkan demokrat dan negarawan sejati seperti Bung Hatta ?.
Dari sosok pribadimu yang sederhana dan bersahaja wahai bapak bangsa, selalu ada optimisme terpancar dari sinar matamu. Dan tentunya kita pun bisa, mungkin dengan cara yang paling mudah dan sederhana, yaitu dengan membaca, belajar mengamati, meneliti dan mengkaji, baik itu masalah sosial, politik, ekonomi dan budaya atau sesuatu yang paling dekat dengan kita, namun sering kita lupakan. Spirit, gagasan dan perjuanganmu senantiasa menginspirasi dan mengajak kita untuk bergerak dan melangkah lebih mantap, setidaknya dengan semangat proklamasi yang terus membara dan dinamis.
BUNG HATTA By : Iwan Fals
Tuhan terlalu cepat semua Kau panggil satu satunya yang tersisa, proklamator tercinta Jujur, lugu dan bijaksana Mengerti apa yang terlintas dalam jiwa, rakyat Indonesia
Hujan air mata dari pelosok negeri, saat melepas engkau pergi Berjuta kepala tertunduk haru, terlintas nama seorang sahabat Yang tak lepas dari namamu
Terbayang baktimu, terbayang jasamu Terbayang jelas jiwa sederhanamu Bernisan bangga, berkafan do’a dari kami yang merindukan Orang sepertimu
Hujan air mata dari pelosok negeri, saat melepas engkau pergi Berjuta kepala tertunduk haru, terlintas nama seorang sahabat Yang tak lepas dari namamu
Terbayang baktimu, terbayang jasamu Terbayang jelas jiwa sederhanamu Bernisan bangga, berkafan do’a dari kami yang merindukan Orang sepertimu
(Lihat foto: BUNG HATTA - SOSOK PEJUANG DEMOKRASI)

Tidak ada komentar:

leave comment

Semua umpan balik saya hargai dan saya akan membalas pertanyaan yang menyangkut artikel di Blog ini sesegera mungkin.

1. Komentar SPAM akan dihapus segera setelah saya review
2. Pastikan untuk klik "Berlangganan Lewat Email" untuk membangun kreatifitas blog ini
3. Jika Anda memiliki masalah cek dulu komentar, mungkin Anda akan menemukan solusi di sana.
4. Jangan Tambah Link ke tubuh komentar Anda karena saya memakai system link exchange

5. Dilarang menyebarluaskan artikel tanpa persetujuan dari saya.

Bila anda senang dengan artikel ini silahkan Join To Blog atau berlangganan geratis Artikel dari blog ini. Pergunakan vasilitas diatas untuk mempermudah anda. Bila ada masalah dalam penulisan artikel ini silahkan kontak saya melalui komentar atau share sesuai dengan artikel diatas.

Me

Posting Komentar

Sumber: http://eltelu.blogspot.com/2013/02/cara-menambahkan-widget-baru-di-sebelah.html#ixzz2O8AYOBCu