Bangsa Papua menyampaikan penolakan tersebut melalui orasi-orasi politik yang di sampaikan secara bergantian oleh masa aksi yang digelar di taman Imbi, kota Jayapura, Senin (14/11).
“Papua……merdeka. Papua…… merdeka. Papua…….merdeka. Refrenduuuum yes. Referenduuuum yes. Refrenduuuum yes. Rakyat Papua tidak meminta kesejahteraan, tidak meminta banyak peraturan dan tidak meminta dialog. Rakyat Papua meminta refrendum. Referendum solusi terakhir bangsa Papua menentukan kemerdekaannya,“ tegas Egi dalam orasi politik di Iaman Imbi sambil menantikan massa dari wilayah Sentani dan Abe bergabung.
Dengan tegas, Egi mengatakan apapun solusinya, pemerintah Indonesia tidak akan pernah membawa keluar orang Papua dari sejumlah persoalan yang terjadi. Orang Papua akan terus berada dalam lingkaran persoalan yang sedang terjadi selagi masih dalam wilayah Indonesia. Semua solusi yang ditawarkan, omong kosong sehingga referendum solusi terbaik mengatasi masalah Papua.
“Apapun solusinya, pemerintah Indonesia tidak akan pernah mensejahterakan orang Papua. Solusi mensejahterakan orang Papua itu omong kosong dari dulu. Dulu bilang otonomi khusus akan mensejahterakan orang Papua. Mana buktinya? Semuanya kan tipu. Sekarag ko mau tipu lagi ka,” tegasnya.
Perempuan gunung ini dengan semangatnya yang berkobar-kobar mengatakan lagi bahwa teriakan bangsa Papua bukan meminta kesejahteraan. Egi melihat teriakan orang Papua hanya meminta pengakuan. Pengakuan terhadap kemerdekaan politik orang Papua yang pernah diraik kemudian dianeksasi pemerintah Indonesia.
“Kami berteriak bukan untuk meminta kesejahteraan atau apa, melainkan kami meminta hanya satu kata. Kami berteriak untuk merdeka. Kemerdekaan itu hak politik kami yang pemerintah Indonesia rebut. Itu yang kami minta,” tegas gadis manis ini.
Asso, kordinator aksi menegaskan kembali yang dikatakan egi. “rakyat Papua tidak meminta kesejahteraan. Bangsa Papua bisa mensejahterakan diri sendiri dengan kekayaan yang melimpah. Pemerintah jangan memberikan tawaran kesejahteraan. Lebih baik pemerintah menjawab tuntutan kemerdekaan politik agar bangsa Papua bisa mengatur kesejahteraannya,” ujarnya.
Saul Bomay mewakili tapol/napol mengatakan tawaran dialog itu hanyalah jalan mempersiapkan peti mayat untuk orang Papua. “Stop segala macam tawaran. Solusi terakhir masalah Papua adalah referendum,” tegasnya disambut aplus masa.
Setelah orasi bergantian, KNPB membacakan pernyataan sikapnya. Dari 7 pernyatan sikap yang disampaikan, salah satu poinnya mengenai referendum. “Solusi final sebagai penyelesaian masalah Bangsa Papua Barat adalah melaksanakan referendum ulang untuk memberikan kebebasan pilihan bagi bangsa Papua Barat untuk tetap NKRI atau Merdeka,” tegasnya. (Jubi/Voxpopa)
Tidak ada komentar:
Semua umpan balik saya hargai dan saya akan membalas pertanyaan yang menyangkut artikel di Blog ini sesegera mungkin.
1. Komentar SPAM akan dihapus segera setelah saya review
2. Pastikan untuk klik "Berlangganan Lewat Email" untuk membangun kreatifitas blog ini
3. Jika Anda memiliki masalah cek dulu komentar, mungkin Anda akan menemukan solusi di sana.
4. Jangan Tambah Link ke tubuh komentar Anda karena saya memakai system link exchange
5. Dilarang menyebarluaskan artikel tanpa persetujuan dari saya.
Bila anda senang dengan artikel ini silahkan Join To Blog atau berlangganan geratis Artikel dari blog ini. Pergunakan vasilitas diatas untuk mempermudah anda. Bila ada masalah dalam penulisan artikel ini silahkan kontak saya melalui komentar atau share sesuai dengan artikel diatas.
Posting Komentar