Kamis, 28 November 2013

Indonesia akan hubungi Edward Snowden soal penyadapan Australia


Reporter : Dwi Zain Musofa | Senin, 25 November 2013 17:55
Merdeka.com - Pemerintah Indonesia dikabarkan akan segera bertemu dengan Edward Snowden sebagai langkah mencari penjelasan terkait isu penyadapan yang dilakukan oleh Australia. Dilansir Softpedia (23/11), nantinya pemerintah Indonesia melalui perwakilan dari DPR RI akan mencari kebenaran terkait penyadapan Australia kepada sosok wistle blower yang membuka kasus penyadapan negara Amerika Serikat kepada negara Brasil dan Jerman serta penyadapan Australia ke Indonesia. Berdasarkan lansiran tersebut, diketahui jika pihak Rusia selaku negara di mana Snowden berada saat ini telah menyetujui rencana Indonesia untuk bertemu Snowden. Hal ini disampaikan langsung oleh Pimpinan Parlemen Rusia, Nikolai Levichec yang dikabarkan mengunjungi Jakarta pada pekan lalu. Nantinya dari pertemuan ini diharapkan dapat diketahui kejelasan tentang penyadapan yang dilakukan oleh Australia terhadap Indonesia yang telah sedikit banyaknya merusak hubungan kedua negara tetangga ini. Edward Snowden sendiri merupakan sosok yang pertama kali dikenal sebagai pembongkar informasi kegiatan penyadapan oleh Amerika Serikat ke beberapa negara melalui organisasi NSA (National Security Agency) baik melalui jaringan telekomunikasi maupun akses internet seperti layanan email dan jejaring sosial. [dzm]

Rabu, 13 November 2013

Surat Pegawai KPK Sebut SBY Terima Aliran Dana Pilpres

TRIBUNnews.com –  2 jam 46 menit lalu


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyita sebuah surat yang menyebutkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menerima aliran dana Pemilihan Presiden 2009. Namun tidak disebutkan aliran dana tersebut berasal darimana.    
Ma'mun Murod, Juru Bicara Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI), mengatakan surat tersebut berasal dari seorang pegawai KPK kepada Anas Urbaningrum yang isinya menyebutkan, bahwa dalam BAP Nazaruddin tersebut nama Susilo Bambang Yudhoyono
"Pada mulanya surat ini tidak akan pernah disampaikan oleh Mas Anas, karena surat ini rahasia tapi tenyata kemudian digeledah ditemukan KPK dan kemudian surat ini dibawa KPK, maka kami merasa penting surat ini harus dibacakan secara utuh," ujar juru bicara PPI, Ma'mun Murod.
Berikut isi surat yang disita KPK berdasarkan yang dibacakan Ma'mun Murod di kediaman Anas, Selasa (12/11/2013) malam.
"Kepada yth bapak Anas urbaningrum di tempat, sebelumnya saya mohon maaf dengan surat ini dan untuk kebaikan saya dan menjaga kerahasiaan ini maaf saya tidak menyebut ID saya yang sebenarnya. Saya adalah pegawai biasa di KPK.
Pak anas yang lugu dan polos, politik itu memang benar sadis dan tidak ada hati nurani. Teman, kerabat, tidak heran kalau itu musuh dan lawan politik. Termasuk Pak Anas adalah korban politik dari petinggi-petinggi di internal sendiri (tentu dimaksud adalah petinggi demokrat, 'kutipan Ma'mun') dan dibalik ini semua adalah Pak SBY dengan kroni-kroninya.
Masalah bocor sprindik saya tersenyum tapi hati saya terluka. Pak Anas, saya adalah pengagum Pak Anas,  dan dibelakang Pak Anas banyak yang support, dan kita siap mendukung perlawanan politik ini. Termasuk mahasiswa, kita sudah mulai gagas agar kebenaran itu siap kita dukung.
Pak Anas, ada hal yang penting saya informasikan. Di KPK itu ada surat pemeriksaan bendahara demokrat Nazarudin. Dalam BAP tersebut, Nazarudin melaporkan, di mana Pak SBY menerima dana untuk kampanye Pilpres 2009.
BAP tersebut sudah ditandatangani Nazarudin. Tapi, sampai sekarang ini, tidak pernah diangkat KPK. Dan tidak langsung diteruskan, sampai sekarang. Mungkin nanti bisa saya kasih soft copynya, ke Pak Anas.
Mungkin ini bisa sebagai amunisi perlawanan politik buat Bapak. Demikian surat ini saya buat sebagai bentuk pendukung dan pengagum Pak Anas. Akhir kata saya ucapkan maju terus, kebenaran pasti terungkap."
Di bawah pernyataan tersebut ada nomor handphone di pengirim surat, namun untuk tujuan kerahasiaan tidak disebutkan oleh Ma'mun. Menurut Ma'mun isi surat tersebut membuktikan bagaimana KPK telah bertindak tebang pilih dan tidak proporsional dalam melakukan pemberantasan korupsi.

Sabtu, 09 November 2013

Jumat, 08 November 2013

Kaleidoskop Politik: Dari Century Hingga Bu Ani

Posted by KabarNet pada 07/01/2011

Isu perpolitikan tanah air di tahun 2010 lalu berpusat di lingkaran Istana. Padahal, belum genap setahun SBY berkuasa lagi. Kemana angin politik 2011 akan bergerak?

Semakin tinggi pohon, semakin kencang pula angin menerpa. Semakin besar kapal, semakin besar pula ombak yang akan mengguncang. Petuah lama itu kini tengah dirasakan Presiden Yudhoyono. Setelah bulan madu kepemimpinanan usai pasca Pemilu 2009, memasuki tahun 2010 ia harus menghadapi angin-angin kencang dan gelombang-gelombang nakal yang sering membuat dirinya kerepotan.
Angin kencang pertama tiba bersama pergantian tahun, saat peneliti George Junus Aditjondro merilis bukunya: Membongkar Gurita Cikeas. Seperti buku-buku sebelumnya yang menyoroti kekuasaan Presiden Soeharto dan BJ Habibie, peneliti spesialis oligarki ini menulis tentang Presiden SBY. “Saya hanya mengumpulkan keriki-kerikil itu dan menghadirkannya dalam bentuk gumpalan dan memberikan konteks,” ujarnya.
Masyarakat berharap George mengupas kasus Bank Century, tapi ternyata ia tidak telak menuduh SBY. Yang ditembak soal penahanan Wakil Ketua KPK Chandra Hamzah dan Bibit Samad Riyanto. Kasus itu, kata dia, adalah tabir asap penghalang penyidikan Bank Century. Ia juga menyoroti peran Budi Sampoerna dan Siti Hartati Murdaya, dua nasabah kakap Bank Century sekaligus donatur terbesar Partai Demokrat.

Dekolonisasi 1949


Saluang Klasik - Rumah Nan Tingga


Sumber: http://eltelu.blogspot.com/2013/02/cara-menambahkan-widget-baru-di-sebelah.html#ixzz2O8AYOBCu